Hukum Istri Sering Marah pada Suami
Foto: Pertengkaran Suami Istri (Orami Photo Stocks)
Dalam segi kesehatan mental dan psikologi pernikahan, The Canadian Journal of Human Sexuality mencatat, berbagai bentuk kemarahan akan memberikan pengaruh terhadap kepuasan seksual dalam pernikahan.
Dalam Islam, hukum istri sering marah pada suami hingga membentak adalah tidak boleh dan masuk ke dalam jenis dosa besar.
Sebab, suami adalah sosok pemimpin keluarga yang harus dihormati dan ditaati oleh istri salah satu kewajibannya.
Rasulullah SAW pun mengatakan bahwa sangat tinggi kedudukan suami untuk istrinya.
“Seandainya saya bisa memerintahkan seorang untuk sujud pada orang lain, pasti saya perintahkan seorang istri untuk sujud pada suaminya.” (HR Abu Daud, Al-Hakim, Tirmidzi).
Jika alasan istri memarahi suami karena suami berbuat kesalahan, istri memang sudah seharusnya mengingatkan tapi harus dilakukan dengan cara yang baik.
Termasuk tutur kata yang lemah lembut, tidak membentak atau menggunakan suara yang keras dan juga jangan menyinggung perasaan suami.
Apabila suami dimarahi, dibentak atau didzalimi, ini sudah menunjukkan bahwa perempuan tersebut menunjukkan ciri-ciri istri yang durhaka terhadap suami ini.
Baca Juga: 16 Cara Mengetahui Suami Puas atau Tidak di Hubungan Seks
Melihat hal tersebut, bahkan para bidadari surga pun akan sangat murka. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW:
“Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia, tetapi istrinya dari kelompok bidadari bakal berkata, ‘Janganlah engkau menyakitinya. Semoga Allah memusuhimu. Dia (sang suami) hanyalah tamu di sisimu; nyaris saja ia bakal meninggalkanmu menuju pada kami’.” (HR At-Tirmidzi).
Alasan mengapa hukum istri sering marah pada suami adalah tidak boleh, sebab kelak akan mendapatkan saingan yang berat yakni bidadari Allah SWT, sehingga sudah seharusnya sangat dijauhi dan tidak boleh dilakukan.
Jika istri merasakan kemarahan yang tidak bisa ditahan, tetap tidak diperbolehkan untuk memperlihatkan amarah tersebut dengan emosi yang berlebihan.
Alangkah lebih baik jika beristighfar dan memohon ampun pada Allah SWT, sebab istighfar akan lebih meringankan hati yang sedang panas.
Apabila dirasa sudah agak tenang, awali pembicaraan dengan suami untuk mencari jalan keluar dan lakukan secara baik-baik.
Sebab, jika diawali dengan amarah, maka suami pun akan tersulut amarahnya dan tidak akan mendapatkan solusi jika terjadi permasalahan.
Baca Juga: Penis Suami Kecil: Penyebab Hingga Posisi Seks yang 'Hot'
Mengapa Suami yang Berselingkuh, Istri yang Sering Disalahkan?
Perselingkuhan merupakan luka mendalam bagi pernikahan dan dapat menimbulkan berbagai pertanyaan, termasuk mengapa suami bisa berselingkuh dan mengapa istri sering disalahkan. Berikut beberapa alasan dan faktor yang mungkin berkontribusi:
BACA JUGA: Mengapa Menghabiskan Waktu Berdua Bersama Pasangan Tanpa Anak Sangat Penting?
Faktor Internal Suami
1. Ketidakpuasan dalam pernikahan
Suami mungkin merasa tidak bahagia atau bosan dengan pernikahannya, dan mencari pelarian melalui perselingkuhan. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya komunikasi, keintiman, atau rasa saling menghormati.
Suami mungkin mengalami masalah pribadi seperti stres, depresi, atau krisis identitas, dan mencari pelarian melalui perselingkuhan.
Suami mungkin memiliki kecanduan seks, cinta, atau perhatian, dan perselingkuhan menjadi cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
4. Kurangnya komitmen
Suami mungkin tidak memiliki komitmen yang kuat terhadap pernikahannya dan mudah tergoda oleh orang lain.
Suami mungkin memiliki kesempatan untuk berselingkuh, seperti saat bepergian dinas atau bekerja di lingkungan yang penuh dengan godaan.
2. Ketidakpuasan dengan diri sendiri
Suami mungkin merasa tidak puas dengan dirinya sendiri dan mencari validasi melalui perselingkuhan.
Di beberapa budaya, perselingkuhan dianggap sebagai hal yang wajar bagi pria.
Suami mungkin merasa tertekan untuk menunjukkan kesuksesannya dengan memiliki selingkuhan.
Mengapa Istri Sering Disalahkan?
Meskipun suami yang melakukan perselingkuhan, istri sering disalahkan karena berbagai alasan:
Masyarakat sering kali memiliki stereotip bahwa wanita bertanggung jawab atas kebahagiaan suami dan pernikahan.
Istri mungkin merasa bersalah karena tidak mampu memenuhi kebutuhan suami.
Suami yang berselingkuh mungkin memanipulasi situasi dan membuat istri merasa bersalah.
BACA JUGA: 10 Hal yang Suami Ingin Dengar dari Istrinya
Perlu diingat bahwa perselingkuhan adalah tanggung jawab suami, dan tidak ada alasan untuk menyalahkan istri. Menyalahkan istri hanya akan memperburuk situasi dan menghambat proses pemulihan pernikahan.
Bagi istri yang menemukan suami berselingkuh, perasaan kecewa dan kehilangan kepercayaan mungkin muncul. Namun, berikut beberapa langkah yang bisa diambil:
Luangkan waktu untuk merenung dan menenangkan diri.
Mazmur 34:18 - "TUHAN dekat pada orang-orang yang patah hati dan menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya."
2. Bicaralah dengan Suami
Tanyakan apa yang membuatnya memilih berselingkuh dan sejak kapan perilaku ini terjadi. Terbukalah satu dengan yang lain, dan saling memberikan pengampunan.
Efesus 4:32 - "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih sayang, dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu."
Ingatkan suami tentang komitmen yang dibangun di awal pernikahan dan apa yang diinginkan ke depan.
Matius 19:6 - "Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
Ingatlah bahwa Anda tidak sendirian dan ada banyak orang yang dapat membantu Anda melewati masa sulit ini. Mari hubungi kami di Layanan Doa dan Konseling CBN dengan KLIK DISINI. Kami dengan senang hati membantu Anda.
Suami yang sering menghina istri merupakan potret atau tipe suami terburuk dalam Islam, karena menghina akan sangat menyakiti hatinya dan membekas sepanjang hidupnya. Foto ilustrasi/ist
Suami yang sering menghina istri merupakan potret atau
terburuk dalam Islam. Dinukil dari kitab “Aswaul Azwaj”, karya Abdullah al-Ju’aitsan atau dalam edisi Bahasa Indonesia : 'Perilaku Buruk yang Harus Dihindari Suami' dijelaskan tipe suami terburuk meski tidak mutlak, adalah suami yang gemar
-nya. Karena menghina atau penghinaan, merupakan hal yang tidak akan dilupakan sepanjang hidupnya.
Padahal Islam sangat memuliakan wanita dan meninggikan kedudukannya. Perhatikan hadis berikut, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku” (HR. At-Tirmidzi)
Orang-orang yang merendahkan peremppuan atau wanita bukan termasuk orang-orang yang berpindah dari keyakinan Islam. Tetapi mereka merupakan orang-orang yang masih menganut sisa-sisa keyakinan jahiliyah dan kebodohan dalam pemikiran mereka.
Seorang suami mungkin saja tidak merendahkan wanita secara umum, tetapi secara khusus ia telah merendahkan istrinya. Ini merupakan keadaan wanita yang paling malang. Akan tetapi, suami manapun yang berketurunan baik dan luas pandangannya tidak mungkin merendahkan istrinya meski istrinya adalah orang yang tidak berpendidikan sama sekali, sedang ia sangat terpelajar.
Meski istrinya seorang yang tidak puya wawasan sama sekali, sedangkan ia seorang yang berwawasan luas. Karena, persoalan ini tidak tergantung pada kelebihan atau sifat-sifat tertentu yang dimiliki seseorang. Manusia berasal dari daging dan darah yang dilengkapi dengan perasaan dan hati nurani. Manusia yang dimuliakan oleh sang pemilik kemuliaan dan keluhuran dengan memerintahkan agar para Malaikat bersujud kepadanya.
Bagaimana mungkin manusia yang dimuliakan seperti itu boleh direndahkan? Terutama ketika manusia yang bersangkutan adalah seorang suami yang ditangannyalah kehidupan seorang istri diletakkan. Masa depannya berada di tangan suaminya. Setelah kepada Allah, kepada suaminya suaminyalah ia bergantung. Tidak ada yang merendahkan seorang istri kecuali orang yang kerdil.
Dalam tulisannya, Abdullah al-Ju’aitsan menjelaskan, tindakan pertama yang menunjukkan penghinaan terhadap istri adalah meremehkan pendapat dan ucapan wanita di mana pun dan dalam kesempatan apapun. Ada sebagian suami yang hampir-hampir tidak menghargai sat pun pendapat dari keluarganya yang perempuan, baik ibunya, saudarinya, atau putrinya atau istrinya.
Setiap salah seorang dari mereka dari mereka mengatakn kepadanya, ‘ persoalan ini sebaiknya begini’. Lalu sang suami mengetahui bahwa pendapat itu bersumber dari istrinya, ia pasti akan merendahkannya dengan mengatakan, “tidak usah ikut campur! Engkau tidak tahu apa-apa tentang persoalan ini”. Atau ungkapan semisalnya yang bersifat merendahkan. Hal ini lebih parah jika diucapkan di hadapan khalayak. Ini merupakan pembunuhan secara sengaja dengan belati beracun. Fenomena seperti ini masih ditemukan di beberapa keluarga.
Bentuk penghinaan lain adalah superioritas terhadap istri, merendahkan kedudukannya membodoh-bodohkan ucapannya, tidak meminta pendapatnya dalam segala hal, baik dalam persoalan pembangunan rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya, membeli mobil yang akan menjadi alat transportasinya, maupun dalam persoalan isi rumah yang akan dibeli.
Kita tentu saja tidak bermaksud bahwa seorang suami harus selalu mengambil pendapat istrinya. Akan tetapi, ia mestinya membuat istrinya merasa bahwa dirinya dihargai dan dihormati. Karena, bila seorang wanita telah merasa bahwa dirinya tidak dihargai dan tidak dihormati di mata suaminya dan meresa telah direndahkan oleh suaminya, ia akan merasa bahwa suaminya tidak memperlakukannya layaknya manusia, tetapi seperti binatang. Inilah wujud pernikahan yang paling buruk.
- Saya berumur 26 tahun dan suami saya berumur 27 tahun. Kami sudah menikah selama tiga tahun. Sebelum menikah kami menjalani masa pacaran selama satu tahun. Sebelum menikah saya adalah seorang single parent dengan dua anak.
Keraguan memang sudah saya rasakan di masa pacaran. Saya merasakan kejanggalan karena saat saya meminta diperkenalkan dengan keluarganya, dia selalu beralasan keluarganya di kampung. Sampai saat keluarga saya menanyakan keseriusan dia untuk menikahi saya, keluarga saya meminta dipertemukan dengan keluarganya, tetapi lagi-lagi dia selalu mengelak dengan berbagai alasan. Sampai akhirnya keluarga saya menggertak, barulah dia mencoba menghubungi keluarganya. Ternyata setelah bertemu keluarganya, baru ketahuan kalau suami saya sudah berbulan-bulan tidak pulang kerumah orangtuanya pada saat itu.
Akhirnya kami menikah. Setelah tiga bulan menikah saya mengandung anaknya. Pada saat mengandung empat bulan, suami saya menyatakan bahwa dia sudah keluar dari tempatnya bekerja sejak awal kehamilan saya, mendengar itu rasanya saya sedih sekali karena pada saat itu saya sedang mengandung, akan tetapi saya mencoba terima keadaan. Alhamdulilah saya diterima bekerja di sebuah perusahaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun sejak bekerja saya selalu mendapat perlakuan kasar dari suami. Saya masih mencoba bertahan demi anak yang sedang saya kandung. Tapi masalah terus bermunculan ketika ada seorang penagih hutang menelpon ke HP saya. Betapa kagetnya saya ketika penagih hutang tersebut menyebutkan bahwa suami telah melimpahkan masalah pembayaran hutangnya kepada saya. Dari sanalah kebohongan-kebohongan suami saya mulai terbongkar, ternyata suami saya adalah pembohong besar. Merasa lelah dengan sikapnya yang acap kali berbohong dan selalu dikasari, keinginan untuk berpisah semakin kuat ketika saya mendapat dukungan dari keluarga, karena jujur keluarga saya juga sudah capek selalu dibohongi oleh suami saya.
Di saat saya menimbang-nimbang keputusan untuk berpisah, saya bertemu dengan seseorang di masa lalu saya, dan jujur sebelum dan selama pernikahan dengan suami saya, saya masih memiliki perasaan kepada orang ini, dan suatu kali saya berdoa untuk dipertemukan lagi dengannya. Dan ternyata doa saya terkabul. Dengan tidak sengaja saya bertemu dengannya di saat perjalanan menuju kantor saya. Perasaan bahagia selalu menyelimuti saya semenjak pertemuan dengannya, karena sejak awal saya mengenal dia, dialah yang selalu memberi semangat untuk saya menjalani kehidupan saya.
Hubungan pertemanan itu disalah artikan oleh suami saya sebagai perselingkuhan. Kabar itu pun terdengar sampai ke mertua saya. Suami saya tega menjelek-jelekan saya di depan mertua saya dan keluarganya. Sekarang saya bingung apa yang harus saya lakukan untuk mengahadapi suami saya, yang tak pernah berubah meskipun sudah saya kasih kesempatan berkali-kali. Saat ini saya juga sudah mulai menjauhi teman lama saya, tapi entah kenapa hati saya berasa terlalu sakit dengan keputusan saya ini. Mohon sarannya ya Mba Ratih.
Setiap rumah tangga memiliki masalah dan konflik yang berbeda-beda. Berdasarkan cerita yang kamu kemukakan, saat ini kamu mengalami masalah finansial (suami tidak bekerja dan berhutang), suami yang tidak jujur, dan kekerasan atau perlakuan kasar dari suami. Apabila memungkinkan, ajaklah suamimu untuk mendiskusikan masalah-masalah ini yang menimbulkan konflik dalam rumah tanggamu.
Utarakan masalah-masalah yang kamu alami tersebut, berikan kesempatan juga pada suami untuk mengemukakan permasalahannya. Kemudian renungkan dan kemukakan perubahan apa yang kalian berdua inginkan dalam hubungan kalian berdua, membina rumah tangga.
Renungkan usaha apa saja yang telah kamu dan suami lakukan selama ini untuk membangun hubungan yang lebih baik. Pilah mana usaha yang berhasil dan mana yang tidak. Fokus pada mencari solusi bagaimana kalian berdua dapat menghasilkan perubahan tersebut. Ungkapkan seluruh pikiran dan perasaanmu atas konflik yang terjadi dengan kepala dingin serta dengarkan pikiran dan perasaan suamimu. Dengan saling terbuka satu sama lainnya, diharapkan kamu dan suamimu dapat menemukan solusi bersama atas permasalahan yang terjadi.
Upayakan agar diskusi untuk menyelesaikan masalah ini benar-benar merupakan diskusi kalian berdua sebagai pasangan yang membina hubungan rumah tangga dengan penuh tanggungjawab. Dengan demikian, keluarga besar dapat menghargai solusi tersebut. Solusi yang dicapai sangat fleksibel sesuai dengan pertimbangan kalian berdua. Kalian dapat memutuskan untuk tetap bersama dengan menyepakati beberapa perubahan dalam perilaku masing-masing. Kalian juga dapat memutuskan untuk berpisah karena tidak ada titik temu dan tidak ada usaha untuk masing-masing berubah, atau tidak ada perubahan dari salah satu pihak.
Namun yang paling terpenting juga adalah bahwa keputusan untuk melanjutkan hubungan dengan suamimu merupakan pilihan hidup kamu dan pertimbangkanlah keputusan tersebut baik-baik, sehingga kamu tidak menyesal nantinya. Jika diperlukan, kamu dan suamimu dapat mengunjungi tenaga profesional, seperti psikolog atau konselor pernikahan untuk mendapatkan pandangan dan solusi yang obyektif mengenai masalah kalian. Mengenai hubungan kamu dengan teman lama kamu, saran saya selesaikanlah terlebih dahulu permasalahan yang kamu alami dengan suami baru, ambil keputusan. Setelah itu baru kemudian berpikir dengan lebih jernih, memutuskan apa yang harus kamu lakukan dalam menyikapi hubungan pertemanan kamu dengan teman lama kamu tersebut. Semoga dapat membantu. Salam hangat Kalista.
Siapa yang sering marah-marah pada Dads? Moms, tahukah bawah ternyata ada lho hukum istri sering marah pada suami.
Yuk, simak ulasan lengkapnya di bawah ini!
Rasa marah adalah hal yang normal dan ini bisa dialami oleh siapa saja, termasuk oleh istri atau suami dalam hubungan rumah tangga.
Ada kemarahan yang masih bisa dipendam, tapi ada juga yang tidak bisa dipendam dan memuncak, hingga mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya perceraian.
Rasa marah itu pun bisa dipicu oleh hal-hal yang kecil, hingga sesuatu yang besar.
Rasa curiga, cemburu, hingga permasalahan rumah tangga seperti keuangan bisa menjadi alasan kemarahan.
Jika biasanya suami yang marah, lalu bagaimana hukum istri sering marah pada suami?
Simak penjelasan hukum istri sering marah pada suami di bawah ini.
Baca Juga: Anak Tidak Cocok Susu Sapi, Lebih Baik Susu Soya atau Formula Soya?
Sikap yang Dilakukan Suami saat Istri Marah
Foto: Suami Dimarahi Istri (Orami Photo Stocks)
Meski hukum istri sering marah pada suami adalah tidak boleh, suami juga jangan memancing amarah atau melakukan hal-hal yang tidak disukai istri.
Lalu, apakah yang harus dilakukan oleh seorang suami saat menghadapi kemarahan istrinya?
Pertama, suami harus sabar. Hal ini telah dicontohkan oleh Khalifah Ummar bin Khattab.